Jumat, 28 November 2008

Dawet Sambal

Ketika pertama kali mendengar cerita tentang dawet sambal dari seorang karyawan Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kulonprogo, saya langsung berprasangka, pastilah ini sejenis minuman aneh, dengan citarasa aneh dan untuk orang berselera aneh. Tetapi ketika saya kemudian membuktikannya, ternyata semua prasangka buruk itu ngawur belaka.

Di sebuah kedai milik Mbok Ponirah, di Pasar Cublak, Kecamatan Girimulyo, puncak pegunungan Menoreh, Kulonprogo, kami mengantre. Sangat sederhana, tetapi dari tempat itulah, konon, banyak pegawai dan pelajar bisa berhasil memetik prestasi bagus karena sarapan yang berkualitas. Wuihh..! Tetapi, justru itulah yang ingin kami buktikan.

Sekitar lima menit mengantre, semangkuk dawet sambal sudah berada di tangan kami. Tampak seonggok cendol tanpa kuah yang di atasnya ditaburi bawang goreng serta potongan tahu goreng dan kecambah hijau yang sudah direbus, lalu dilumuri sambal pecel. Isi mangkuk mula-mula saya aduk dengan sendok, sehingga bagian bawahnya yang ternyata adalah badheg (nira kelapa) bercampur meresap jadi satu. Dawet sambal pecel berwarna merah kecoklatan itu seolah menjanjikan rasa gurih, manis, pedas yang lezat.

Tidak ada komentar:

 

makanan © 2008. Design By: SkinCorner